Para sosiolog mengajukan berbagai macam pandangan
seputar perkembangan keyakinan-keyakinan syirik di masyarakat yang senantiasa
mengalami perubahan silih-berganti. Akan tetapi, pandangan dan penafsiran itu
tidak berdasarkan dalil yang valid.
Ada kemungkinan bahwa faktor pertama kecenderungan
syirik dan keyakinan pada banyaknya tuhan adalah tatkala seseorang melihat
beragamnya realitas-realitas di langit dan bumi. Dari itulah mereka
berkeyakinan bahwa setiap bagian realitas tunduk di bawah pengaturan Tuhan
tertentu. Sebagian dari mereka percaya bahwa seluruh kebaikan bersumber dari
Tuhan kebaikan, dan seluruh keburukan berasal dari Tuhan keburukan. Berangkat
dari sinilah mereka yakin bahwa alam semesta ini memiliki dua sumber wujud dan
pencipta.
Demikian pula pengamatan mereka terhadap pengaruh
sinar matahari, bulan dan bintang-bintang terhadap realitas bumi, sehingga
mereka—dari satu sisi—memandang bahwa benda-benda tersebut memiliki suatu
bentuk pengaturan terhadap apa yang ada di bumi. Dari sisi lain, kecondongan
manusia untuk menyembah sembahan yang dapat diindra mendorong mereka untuk
membuat berbagai lambang dan simbol bagi tuhan-tuhan yang mereka anggap untuk
kemudian mereka sembah. Lambang itu lambat laun mendarah daging di hati
orang-orang yang pikirannya lemah. Selanjutnya, setiap bangsa bahkan suku
membuat ritual keagamaan tertentu—sesuai dengan anggapan mereka—untuk menyembah
lambang tersebut.